Baca-tulis Sebagai Jendela Ilmu
Pengetahuan dan Pintu Menuju Kemajuan
Oleh : Ardiansyah. C
Oleh : Ardiansyah. C
Setiap tahun di tanggal 8 september seluruh dunia
memperingati hari aksara internasional atau yang lebih dikenal sebagai international literacy day. Tidak banyak
dari kita yang mengetahui dan memperingati hari tersebut. Tapi, dengan
ditetapkannya tanggal tersebut sebagai hari aksara internasional oleh PBB
melalui UNESCO, merupakan bukti nyata betapa buta aksara merupakan masalah
internasional. Buta aksara identik dengan kemiskinan, keterbelakangan dan
kebodohan. Itu sebabnya memberantas buta aksara sama artinya dengan memberantas
kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan.
Di Indonesia, berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat
Statistik (BPS) persentase penduduk yang buta aksara menunjukkan peningkatan
setiap tahunnya, khususnya di pulau jawa (lihat gambar). Hal ini menunjukkan
bahwa pemerintah cukup serius dengan programnya untuk memberantas buta aksara. Dimulai
dari program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun sampai mendorong pendidikan
non-formal untuk memberantas buta aksara bagi masyarakat usia produktif. Bukti nyata
bahwa pemerintah menyadari dengan membaca akan membuka wawasan masyarakat
tentang dunia, hidup dan kehidupan. Membaca dapat membantu masyarakat keluar
dari keterbelakangan dan membuka jalan menuju kemajuan. Dan pada akhirnya membaca
dapat membantu pemerintah dalam mencapai tujuan yang tercantum dalam pembukaan
UUD ’45 yakni, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai contoh, sejarah mencatat awal mula pergerakan
nasional di Indonesia (dahulu masih Hindia Belanda) dipelopori oleh golongan
terpelajar, kaum yang menamai dirinya dengan sebutan kaum priyayi. Golongan manusia
yang muncul ke permukaan setelah menerima pendidikan Belanda sebagai hasil dari
politik etis. Golongan yang belajar tentang ilmu pengetahuan dan hak-hak
setelah tahu baca tulis. Dengan baca-tulis mereka mulai memahami kenyataan
bahwa bangsa ini telah terjajah. Dibodohi oleh ketidaktahuan dan miskin karena
keterbelakangan mereka. Dengan baca-tulis ini pula mereka mulai bergerak
membangunkan bangsa ini dari keterbelakangan dan ketidaktahuan mereka. Mereka mulai
membaca dan menulis kembali apa yang mereka baca untuk dibaca kembali oleh
sebangsanya melalui surat kabar, selebaran dan buku-buku.
Mula-mula adalah Budi Utomo, berdiri pada tanggal 20 mei 1908
atas gagasan dr. Sutomo. Disebut-sebut sebagai organisasi pertama dalam
pergerakan nasional yang memperjuangkan pendidikan bagi bangsa Indonesia yang
selama ini tertindas karena ketidaktahuannya, yang sama artinya dengan memperjuangkan
baca-tulis bagi bangsa Indonesia. Kemudian muncul Sarekat Dagang Islam (SDI)
yang kemudian menjadi Sarekat Islam (SI) yang berkembang pesat dibawah pimpinan
HOS. Tjokroaminoto. Lalu muncul Indische
Partij yang dipelopori oleh tiga serangkai (Suwardi Suryadiningrat, Tjipto
Mangunkusomo dan Dowes Dekker) yang merupakan organisasi politik pertama di
Indonesia.
Banyak tokoh-tokoh besar lainnya di Indonesia yang muncul
sebagai akibat kemampuan baca-tulis ini. Sebut saja Tirto Adhi Surjo (lebih dikenal
dengan nama T.A.S), Bapak Pers Nasional. Orang yang mula-mula membangun opini publik
melalui tulisan dalam surat kabar yang dipimpin langsung olehnya, Medan
Prijaji. Seorang pemberani yang tahu banyak hal karena baca-tulis. Seorang yang
tidak ragu-ragu mengecam ketidakadilan melalui tulisannya. Seorang yang
berusaha membuka pintu bagi sebangsanya untuk lebih mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi. Untuk keluar dari gelapnya kebodohan menuju masyarakat
modern yang berilmu pengetahuan. Selain itu, dia adalah orang pertama yang
mendirikan surat kabar nasional yang keseluruhan unitnya menggunakan tenaga
pribumi, dari dan untuk pribumi.
Kemudian ada Kartini dan Dewi Sartika yang begitu fenomenal
karena kemampuan baca-tulisnya. Siapa yang tak kenal Kartini, wanita pelopor
gerakan emansipasi wanita. Wanita yang harum namanya, cerdas dan maju
pemikirannya karena kemampuan baca-tulis. Wanita yang mula-mula menyuarakan
penderitaan orang Indonesia, terutama kaum wanita, melalui tulisan dalam
surat-suratnya. Yang turut serta membuka pintu pengetahuan dan kemajuan melalui
tulisannya. Dan Dewi Sartika, wanita hebat yang mengajarkan banyak hal,
terutama baca-tulis bagi sebangsanya. Wanita yang sempat membuat gempar
Cicalengka karena kemampuan baca-tulis dan berbahasa Belanda anak-anak pembantu
kepatihan berkat pengajarannya.
Terlihat dengan sangat jelas bahwa kemampuan baca-tulis
memberi dampak yang luar biasa besar dalam kemajuan bangsa. Mereka membuka
jendela wawasan mereka dengan membaca dan membukakan pintu pemahaman bangsa
tentang wawasannya, tentang segala yang diketahuinya melalui tulisannya. Membaca
adalah kegiatan menimba ilmu. Dengan membaca kita dapat menambah wawasan kita,
membuka pikiran kita dan mengetahui berbagai hal yang sebelumnya tidak kita
ketahui. Sedangkan menulis adalah
kegiatan memelihara dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Pramoeya Ananta
Toer pernah menyebut dalam tulisannya bahwa menulis adalah bekerja untuk
keabadian.
Jika beberapa orang dapat memberi perubahan besar pada bangsa
karena kemampuan baca-tulisnya dapat saya bayangkan betapa besar hasil yang
dapat dicapai bangsa ini jika segenap bangsa yang lebih dari 200juta jiwa ini
membudayakan baca-tulis untuk mencapai kemajuan. Membuka jendela wawasan
sendiri dengan membaca dan membantu membukakan pintu pengetahuan bagi orang
lain melalui tulisannya. Mari budayakan membaca dan menulis untuk membuka
jendela dan pintu menuju kemajuan bangsa.