Horassss................!!!!
Medan, cukup dikenal dengan becak motornya. Betor orang medan menyebutnya. Atau mungkin juga diseluruh Indonesia memanggilnya betor (*efek gak pernah kemana-mana). Dan setiap kali kita berjalan entah di sudut manapun di kota medan ini, kita pasti akan melihat barisan becak menanti penumpangnya. Dan popularitas becak Medan ini sudah sampai ne Jepang sana loh. Temen saya yang presentasi waktu dia dapet beasiswa tahun lalu.
Cukup cerita tentang becak-becakannya. Iya itu emang becak beneran tapi udahan ya cerita becaknya. Karena inti dari postingan ini adalah orang yang membawa becak ini. Oiya, di Medan mereka disebut abang becak. Bukan karena mukanya kayak becak, tapi karena mereka emang mengendarai becak (*penting gituh dijelasin?).
Jadi ceritanya, waktu saya pulang makan bersama someone spesial saya, saya kembali ke kampus untuk menjemput flashdisk saya yang hampir hilang (*hampir aja hidup saya menjadi seperti kopian cerita mas Alitt) tapi Alhamdulillah gak jadi ^_^ . Singkat cerita, saya mendapat sms dari senior saya, sebut saja namanya Bunga (bukan nama sebenarnya-red) yang diketahui telah mematahkan kunci mobil perusahaannya sehingga membutuhkan obeng untuk membobol paksa mobilnya sendiri. Jadi saya terpaksa mendatanginya untuk melihat kondisi mobilnya, karena apa yang dia maksud dengan apa yang saya tangkap saya pikir sangat berbeda. Dan ternyata benar, kondisinya emang berbeda. Karena kunci yang patah adalah kunci untuk menghidupkan mobilnya, jadi mereka tidak sedang terkunci dalam mobil seperti yang saya bayangkan. Saya sempat berfikir
"Pecahkan saja kacanya, biar ramai"
Dan masalah pun selesai, karena waktu telah menunjukkan pukul setengah 7 malam. Tapi sekali lagi kenyataan tidak pernah sesuai dengan apa yang kita harapkan dan selalu memberi apa yang kita butuhkan (*sumpah, terjebak dalam kegelapan malam bersama mobil C*ca-col* sama sekali bukanlah hal yang saya butuhkan saat saya belum menemukan judul pengganti penelitian saya yang dirampas paksa senior saya), but this is life...
Ditengah kepanikan saya yang terjebak dalam situasi menyeramkan seperti itu mencoba berfikir positif, dengan semua kebijakan saya, saya memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa demi menghemat pikiran saya untuk judul skripsi saya selanjutnya. Sampai kemudian salah seorang dari teman senior saya mengambil keputusan untuk meminta kami (saya dan teman saya) untuk memanggilkan tukang becak untuk mengantar beberapa kardus produk yang belum sempat mereka kirim ke toko-toko yang ada di sekitar daerah mereka terjebak (*akhirnya ceritany6a nyambung juga ke becak, setelah berputar-putar tidak menentu).
Berangkatlah kami menuju tempat pemangkalan para tukang becak di area sekitar kampus. Dan begitu sampai, kami melihat beberapa becak berbaris begitu berantakan mengalahkan barisan anak TK yang gak pernah belajar LKBB. Dan saya pun menanyakan sebuah retorika yang sebenarnya tidak perlu, tapi entah kenapa saya menanyakan pertanyaan itu pada mereka yang sibuk mengelilingi sesuatu.
"Gak narik bang?" saya mulai menyenandungkan retorika yang sebenarnya tidak perlu karena tukang becak sudah pasti menarik becak.
"Gak dek, cari di tempat lain aja, lagi sibuk ini"
Sebenarnya saya sama sekali tidak kaget, tapi penasaran dengan apa yang mereka kerjakan sampai-sampai mereka mengabaikan pekerjaan utama mereka. Setelah saya mengamati lebih dekat, ternyata sekumpulan abang becak itu sedang melakukan praktek penggandaan uang alias BERJUDI. Ya mungkin itu adalah pekerjaan sampingan para tukang becak di kampus saya yang baru saya sadari beberapa hari belakangan ini. Mencari uang di pagi hari dan menggandakannya di sore hari atau -bagi mereka yang mengalami kekalahan-menghabiskannya di sore hari.
"Pecahkan saja kacanya, biar ramai"
Dan masalah pun selesai, karena waktu telah menunjukkan pukul setengah 7 malam. Tapi sekali lagi kenyataan tidak pernah sesuai dengan apa yang kita harapkan dan selalu memberi apa yang kita butuhkan (*sumpah, terjebak dalam kegelapan malam bersama mobil C*ca-col* sama sekali bukanlah hal yang saya butuhkan saat saya belum menemukan judul pengganti penelitian saya yang dirampas paksa senior saya), but this is life...
Ditengah kepanikan saya yang terjebak dalam situasi menyeramkan seperti itu mencoba berfikir positif, dengan semua kebijakan saya, saya memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa demi menghemat pikiran saya untuk judul skripsi saya selanjutnya. Sampai kemudian salah seorang dari teman senior saya mengambil keputusan untuk meminta kami (saya dan teman saya) untuk memanggilkan tukang becak untuk mengantar beberapa kardus produk yang belum sempat mereka kirim ke toko-toko yang ada di sekitar daerah mereka terjebak (*akhirnya ceritany6a nyambung juga ke becak, setelah berputar-putar tidak menentu).
Berangkatlah kami menuju tempat pemangkalan para tukang becak di area sekitar kampus. Dan begitu sampai, kami melihat beberapa becak berbaris begitu berantakan mengalahkan barisan anak TK yang gak pernah belajar LKBB. Dan saya pun menanyakan sebuah retorika yang sebenarnya tidak perlu, tapi entah kenapa saya menanyakan pertanyaan itu pada mereka yang sibuk mengelilingi sesuatu.
"Gak narik bang?" saya mulai menyenandungkan retorika yang sebenarnya tidak perlu karena tukang becak sudah pasti menarik becak.
"Gak dek, cari di tempat lain aja, lagi sibuk ini"
Sebenarnya saya sama sekali tidak kaget, tapi penasaran dengan apa yang mereka kerjakan sampai-sampai mereka mengabaikan pekerjaan utama mereka. Setelah saya mengamati lebih dekat, ternyata sekumpulan abang becak itu sedang melakukan praktek penggandaan uang alias BERJUDI. Ya mungkin itu adalah pekerjaan sampingan para tukang becak di kampus saya yang baru saya sadari beberapa hari belakangan ini. Mencari uang di pagi hari dan menggandakannya di sore hari atau -bagi mereka yang mengalami kekalahan-menghabiskannya di sore hari.