Kamis, 19 Desember 2013

be creative be smart

depok, 19 desember 2013

salam pramuka,
salam anak kost,
salam perantau di seluruh nusantata..!!!
horasss...

malam ini ada sepenggal kisah dari seseorang yang bukan siapa2, bkn artis, tokoh apalagi ketua lsm. Aku hanya seorang pramuka, nenek moyangku seorang pelaut yang hobby merantau dan kmudian menetap untuk sementara untuk merasakan nikmatnya menjadi anak kost. Keuntungan pertama mnjadi seorang anak kost adalah kau bisa belajar menjadi orang yang mandiri, seseorang yang tidak bergantung pada siapapun, orang bebas yang berdiri di atas kaki sendiri. Kedua, kau akan belajar mengelola uang, karena taruhannya adalah perut yang sejengkal. Konon, pepatah mengatakan perut yang lapar lebih berbahaya dari buaya darat *ngarang*. Ketiga, kau akan belajar untuk berfikir tentang diri sendiri, yang kumaksud dsini bukan menjadi orang yang egois, tp lebih ke merawat diri sendiri karena diperantauan kau tidak akan menemukan orang yg memperdulikanmu untuk mengingatkn kapan waktunya makan, tidur, mandi dan sebagainya. Dengan begitu, sendirinya kau akan belajar untuk menjaga pola makan, hidup teratur dan menjaga kebersihan.

baik, kisah ini bermula ketika aku pulang dari tempat kerja. Aku tiba di stasiun pada jam 10 malam lebih sedikit. Biasanya aku langsung menuju warung sunda terdekat dimana aku biasa membeli makan. Petaka ini dimulai dengan kejutan bahwa teteh yang biasa berjualan di area skitar stasiun kereta itu tutup. Tentu saja aku panik, disini selain warung itu tidak ada lagi tempat makan yang menawarkan makanan sehat dengan harga 3M alias murah meriah muntah. aku panik, keringat mulai membasahi ketekku. Aku bingung.

kemudian kucoba untuk tetap tenang dan mencari2 warung sekitar yang menjual makanan selain indomi yang sehat untuk perutku yang kelaparan. Cacung2 biasanya menolak suplai makanan yang bentuknya mirip dengan mereka, saat lapar cacing jg mengalami fatamorganan, kufikir cacing2 dalam perutku pasti menganggap indomi yang kutelan sebagai sesamanya. Jadi berapapun indomi yang masuk dalam perutku, aku selalu merasa tidak kenyang. Apakah saat kelaparan cacing2 itu tidak berubah menjadi kanibal? Tp terlepas dari dongeng ngawur ini, aku menolak untuk memakan indomi hari ini.

sepanjang perjalanan aku selalu melihat ke kanan dan kekiri. Akhirnya kutemukan sebuah warung yg menjual lontong betawi. Aku tahu lontong ini pasti rasanya tidak seenak lontong yang ada di medan, dan memang rasanya aneh di lidahku. Apa boleh buat, cacing2 tetap harus diberi makan. Senangnya hatiku saat itu, aku pun bisa pulang ke kos dengan hati riang sambil menyanyikan lagu josua - diobok2.

belum sampai lagu itu kunyanyikan sampai bait kedua aku sadar akan kebodohanku, sambil menepok jidatku aku berteriak, mana mungkin aku bisa makan lontong ini kalau aku tidak punya piring dan sendok? Demi air kobokan warteg, aku tidak mau dianggap sebagai manusia purba yang makan lontong dengan tangan kosong mengobok2 isi plastik seperti mengucek cucian.

kenapa tidak meminjam piring dan sendok ke ibu kost saja? Begitu pikirku. Benar juga. Akhirnya kupercepat langkah kakiku tanpa melanjutkan lagu sialan itu. Sampai di kost kutemukan suara dengkuran ibu kost dan keluarganya. Kamprett sekali, mereka sudah tidur. Bagaimana ini? Apakah aku akan menjadi manusia purba? Batinku terus bergolak menolak untuk menyerah dan berfikir keras. Apa yang harus kulakukan supaya makanan ini bisa kukubur kedalam perutku dengan cara yang wajar.

sampai di kamar kubuka lemari, kutemukan toples tempat aku meletakkan sambal teri yang kuterima dari qhaqha terbaik yang pernah kupunya. Oke, aku bisa menjadikan toples itu sebagai pengganti piring untuk tempat lontong ini. Sendok? Bagaimana dengan sendoknya? Apakah aku harus berakhir sebagai manusia purba yang tidak beradat? Kemudian kudengar jiwa pramuka ku berteriak, kalau tidak punya sendok, kenapa tidak buat saja Sendiri? Kulihat barang2 yang ada di kamar kost berukuran 3 x 3 meter ini. Tidak banyak yang bisa kutemukan sebagai bahan dasar, tapi itu lebih dari cukup untuk membuat makan malamku menjadi lebih beradat. Dengan alat seadanya, botol air mineral, gunting ku minta dari tempat kerja yang. Bentuknya sudah sangat memprihatinkan dan anugrah tuhan yang mahakuasa, otak dengan pikiran tanpa batas, kuciptakan seendokku sendiri. Kreatif adalah watak anak pramuka untuk survive dalam keadaan apapun. Aku bersyukur pernah mengenyam pengalaman bertahun2 sebagai pramuka untuk menyelesaikan masalah spele seperti ni ini. Dengan sukses dan mnikmati makan malamku sebagai manusia berakal.

so, if you're in trouble... Think First...