Sabtu, 22 November 2014

First Esai



Baca-tulis Sebagai Jendela Ilmu Pengetahuan dan Pintu Menuju Kemajuan
Oleh : Ardiansyah. C

Setiap tahun di tanggal 8 september seluruh dunia memperingati hari aksara internasional atau yang lebih dikenal sebagai international literacy day. Tidak banyak dari kita yang mengetahui dan memperingati hari tersebut. Tapi, dengan ditetapkannya tanggal tersebut sebagai hari aksara internasional oleh PBB melalui UNESCO, merupakan bukti nyata betapa buta aksara merupakan masalah internasional. Buta aksara identik dengan kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan. Itu sebabnya memberantas buta aksara sama artinya dengan memberantas kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan.
Di Indonesia,  berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) persentase penduduk yang buta aksara menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, khususnya di pulau jawa (lihat gambar). Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah cukup serius dengan programnya untuk memberantas buta aksara. Dimulai dari program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun sampai mendorong pendidikan non-formal untuk memberantas buta aksara bagi masyarakat usia produktif. Bukti nyata bahwa pemerintah menyadari dengan membaca akan membuka wawasan masyarakat tentang dunia, hidup dan kehidupan. Membaca dapat membantu masyarakat keluar dari keterbelakangan dan membuka jalan menuju kemajuan. Dan pada akhirnya membaca dapat membantu pemerintah dalam mencapai tujuan yang tercantum dalam pembukaan UUD ’45 yakni, mencerdaskan kehidupan bangsa. 


Sebagai contoh, sejarah mencatat awal mula pergerakan nasional di Indonesia (dahulu masih Hindia Belanda) dipelopori oleh golongan terpelajar, kaum yang menamai dirinya dengan sebutan kaum priyayi. Golongan manusia yang muncul ke permukaan setelah menerima pendidikan Belanda sebagai hasil dari politik etis. Golongan yang belajar tentang ilmu pengetahuan dan hak-hak setelah tahu baca tulis. Dengan baca-tulis mereka mulai memahami kenyataan bahwa bangsa ini telah terjajah. Dibodohi oleh ketidaktahuan dan miskin karena keterbelakangan mereka. Dengan baca-tulis ini pula mereka mulai bergerak membangunkan bangsa ini dari keterbelakangan dan ketidaktahuan mereka. Mereka mulai membaca dan menulis kembali apa yang mereka baca untuk dibaca kembali oleh sebangsanya melalui surat kabar, selebaran dan buku-buku.
Mula-mula adalah Budi Utomo, berdiri pada tanggal 20 mei 1908 atas gagasan dr. Sutomo. Disebut-sebut sebagai organisasi pertama dalam pergerakan nasional yang memperjuangkan pendidikan bagi bangsa Indonesia yang selama ini tertindas karena ketidaktahuannya, yang sama artinya dengan memperjuangkan baca-tulis bagi bangsa Indonesia. Kemudian muncul Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kemudian menjadi Sarekat Islam (SI) yang berkembang pesat dibawah pimpinan HOS. Tjokroaminoto. Lalu muncul Indische Partij yang dipelopori oleh tiga serangkai (Suwardi Suryadiningrat, Tjipto Mangunkusomo dan Dowes Dekker) yang merupakan organisasi politik pertama di Indonesia.
Banyak tokoh-tokoh besar lainnya di Indonesia yang muncul sebagai akibat kemampuan baca-tulis ini. Sebut saja Tirto Adhi Surjo (lebih dikenal dengan nama T.A.S), Bapak Pers Nasional. Orang yang mula-mula membangun opini publik melalui tulisan dalam surat kabar yang dipimpin langsung olehnya, Medan Prijaji. Seorang pemberani yang tahu banyak hal karena baca-tulis. Seorang yang tidak ragu-ragu mengecam ketidakadilan melalui tulisannya. Seorang yang berusaha membuka pintu bagi sebangsanya untuk lebih mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Untuk keluar dari gelapnya kebodohan menuju masyarakat modern yang berilmu pengetahuan. Selain itu, dia adalah orang pertama yang mendirikan surat kabar nasional yang keseluruhan unitnya menggunakan tenaga pribumi, dari dan untuk pribumi.
Kemudian ada Kartini dan Dewi Sartika yang begitu fenomenal karena kemampuan baca-tulisnya. Siapa yang tak kenal Kartini, wanita pelopor gerakan emansipasi wanita. Wanita yang harum namanya, cerdas dan maju pemikirannya karena kemampuan baca-tulis. Wanita yang mula-mula menyuarakan penderitaan orang Indonesia, terutama kaum wanita, melalui tulisan dalam surat-suratnya. Yang turut serta membuka pintu pengetahuan dan kemajuan melalui tulisannya. Dan Dewi Sartika, wanita hebat yang mengajarkan banyak hal, terutama baca-tulis bagi sebangsanya. Wanita yang sempat membuat gempar Cicalengka karena kemampuan baca-tulis dan berbahasa Belanda anak-anak pembantu kepatihan berkat pengajarannya.
Terlihat dengan sangat jelas bahwa kemampuan baca-tulis memberi dampak yang luar biasa besar dalam kemajuan bangsa. Mereka membuka jendela wawasan mereka dengan membaca dan membukakan pintu pemahaman bangsa tentang wawasannya, tentang segala yang diketahuinya melalui tulisannya. Membaca adalah kegiatan menimba ilmu. Dengan membaca kita dapat menambah wawasan kita, membuka pikiran kita dan mengetahui berbagai hal yang sebelumnya tidak kita ketahui. Sedangkan menulis adalah  kegiatan memelihara dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Pramoeya Ananta Toer pernah menyebut dalam tulisannya bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Jika beberapa orang dapat memberi perubahan besar pada bangsa karena kemampuan baca-tulisnya dapat saya bayangkan betapa besar hasil yang dapat dicapai bangsa ini jika segenap bangsa yang lebih dari 200juta jiwa ini membudayakan baca-tulis untuk mencapai kemajuan. Membuka jendela wawasan sendiri dengan membaca dan membantu membukakan pintu pengetahuan bagi orang lain melalui tulisannya. Mari budayakan membaca dan menulis untuk membuka jendela dan pintu menuju kemajuan bangsa.