Sabtu, 25 Januari 2014

Di Jawa

Depok, 26 Januari 2014

Pagi ini kulihat kembali lemari kost ku, ada banyak kekosongan disana-sini terutama dibagian rak baju hanya terdapat satu dua helai baju kaos yang tak tersentuh sejak kubeli bulan lalu dari acara diskon akhir tahun. Apa saja yang sudah kubeli selama 8 bulan ini!!!!
 
kurang lebih 8 bulan sudah kutinggalkan medan dan mengadu nasip di bumi jawadwipa ini. 6 bulan diantara nya hidup stengah terpenjara bersama sanak jauh dari pihak ibu ku. Dan hari-hari dimana aku merasa bahagia dapat dihitung dengan jari, tangan dan kaki seluruhnya barangkali. Dan entah berapa persen dari diriku sudah berubah menjadi jawa, aku pun tidak tahu.
 
seumur hidupku, baru kali ini ada yang memanggilku dengan sebutan mas, panggilan ningrat bagi pria jawa golongan bangsawan pada jaman dahulu. Dan aku sama sekali tidak keberatan dengan panggilan itu. Apakah aku sidah jawa? Tidak.. Aku bukan jawa, kataku menekankan. Jaman berubah dan jaman bergerak. Ini memang bagian dari budaya jawa yang merosot kebawah semakin menjauh dari posisi yang semestinya.
 
jawa ini penuh dengan keanehan yang sebenarnya wajar tapi tidak biasa bagiku yang telah lama hidup di medan. Kosa kata adalah masalah yang cukup menggelikan bagi ku dan orang orang jawa. Kereta, pipet, dialek yang bagi jawa aneh dan jawa bagi medan yang terlalu lembut. Terkhusus untuk pipet itu aku bahkan tidak mampu menjawab darimana asal muasal kata pipet itu, sedotan lebih masuk akal, tapi darimana datangnya pipet itu?
 
satu hal yang paling membuatku terkagum-kagum adalah kemampuan alamiah orang orang jawa beradaptasi dengan lingkungan dan keadaanny. Bekerja siang malam dan tidur dalam keadaan dan tempat yang tidak wajar. Bagaimana mungkin orang bisa tidur nyenyak di kereta api dalam keadaan berdiri dengan tangan bergelantungan pada pegangan? Itu sungguh luar biasa. Dan belakangan aku juga acap kali melakukan atraksi seperti itu.
 
dibandingkan nilai positif itu (tentang tidur bergelantungan itu) menurutku ada lebih banyak kejelekan mereka yg tinggal di jawa ini. Keserakahan dan ego yang luar biasa bukan pemandangan langka kalau kau sering naik kereta. Di hari kerja kau akan melihat keserakahan itu berserakan disekitarmu, setiap pagi akan ada pemandangan perebutan lahan yang mirip dengan seleksi alam. Untuk bisa masuk ke dalam kau harus mendorong orang yang ada di depanmu atau disampingmu. Tak jarang mereka yang sudah masuk malah menahan sekuat tenaga supaya mereka yg diluar tidak bisa masuk. Bagitu juga saat akan turun, tak jarang mereka yang sudah didalam terdorong keluar oleh mereka yang hendak turun dan tidak bisa masuk lagi ke dalam karena ketatnya persaingan masuk dan keluar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar